Kamis, 26 Maret 2009

Kampanye

Musim kampanye tiba, sebagaimana biasanya kampanye identik dengan arak-arakan, panggung dengan penampilan para artis, yang diselipi orasi berbusa-busa para jurkam (juru kampanye). Ada yang berbeda dari Pemilu 2004 lalu, kali ini (karena keputusan Mahkamah Konstitusi) maka yang dicontreng (tak lagi dicoblos seperti Pemilu 2004) adalah figur-figur alias nama-nama Caleg.

Yah, karena yang bersaing bukan cuma antar Partai, tetapi juga antar Caleg nama kampanye kali ini, juga agak lain. Nomor urut yang semula ditentukan oleh partai, kini tak berlaku lagi. Maka berarti Pemilu 2009 murni distrik tidak lagi memilih partai tetapi memilihi orang. Masing-masing Caleg, boleh dibilang wajib berjuang, berkampanye, bahkan bisa jadi membiayai sendiri, agar bisa meraih suara sebanyak-banyaknya. Tak heran jika spanduk-spanduk yang memenuhi sepanjang jalanan, pohon-pohon, bahkan yang ditempel di sembarang tempat diisi dengan penuh warna. Ada foto diri, dengan berbagai pose, nama diri lengkap dengan tanda contreng merah, nomor urut caleg, nomor urut parpol serta gambar parpol. Wah, pokoknya ruwet dan bikin bingung.

Nah kalau melihat setiap hari di TV, berita-berita kampanye ya begitu-begitu aja. Orasi-orasi para jurkam, ditengah ribuan orang, menghadirkan artis-artis penyanyi. Partai Demokrat yang mengusung SBY adalah yang paling kuat modalnya. Maka tak heran jika Partai Demokrat mampu menyewa Stadion Gelora Bung Karno sebagai tempat berkampanye plus memenuhinya dengan lebih dari puluhan ribu pendukung lengkap dengan sound system yang prima dan tim artis-artis top ibukota . Toh meski berkapasitas 120 ribu orang, yang datang hanya separuhnya saja. Itupun mereka hanya bertahan beberapa jam, karena kepanasan. Untung ada Changcuters, Dewi Yul, Edwin, Jodi, yang mampu sedikit menyegarkan suasana. Orasi SBY, nampaknya kurang bisa mengajak mereka mau bertahan lama. Maka SBY yang sebelumnya dijadwalkan tampil 3 kali termasuk menyanyi "Sempurna", nya Andra& the backbone, akhirnya hanya orasi hanya sekali, itupun dengan durasi hanya beberapa menit saja. Setiap kampanye SBY menampilkan tim kompak. Selain Ani Yudhoyono (isteri), Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo (ipar) tak ketinggalan Edi Bhaskoro Yudhoyono (anak), selalu berada di barisan pertama mendampingi SBY di panggung kampanye.


PDIP juga berkampanye dengan cara yang sama. Bedanya Megawati Soekarnoputri (yang juga didampingi Taufik Kiemas (suami) dan kadang-kadang Puan Maharani (anak), selalu tampil emosional. Sebagian besar isi kampanyenya adalah kritik terhadap SBY. Mulai dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang kata Mega tidak mendidik dan menganggap rakyat seperti pengemis, hingga langkah pemerintah yang seperti yoyo, tingginya harga sembako, dll. Namun belakangan Mega mulai kikuk dengan kritiknya terhadap BLT, yang disinyalir malah bisa memukul balik partainya, karena dianggap tidak pro wong cilik, akhirnya Mega berbelok arah. Dari semula yang "anti BLT", menjadi "akan mengawasi" penyaluran BLT.

Kampanye di TV, lebih efektif?
Yang partai besar (Modal besar-red) macam Demokrat, Golkar, PDI Perjuangan, PKS dan sekarang bertambah dengan Gerindra, saling bersaing membuat iklan yang diputar sebanyak-banyaknya di TV. Kampanye melalui iklan TV masih dipandang sebagai kampanye yang paling efektif, dibanding pawai atau rapat akbar.

Setidaknya kampanye TV melalui PSA dimulai oleh Sutrisno Bachir (SB). Sejak jauh-jauh dari SB amat gencar mengenalkan siapa dirinya, melalui PSA. "Hidup adalah Perjuangan...", katanya mengutip sebait sajak Khairil Anwar. Lalu disusul Rizal Malarangeng, yang juga aktif kampanye "menjual" diri di TV entah untuk apa.

Prabowo, melalui TV juga sedikit banyak mencuri simpati publik. Image Prabowo di TV adalah seorang yang amat peduli dengan kesejahteraan, concern dengan petani, pedagang tradisional serta produk dalam negeri. Image baru Prabowo, seolah menghapus masa lalu Prabowo.

Kampanye, ya namanya juga kampanye...yang dijual adalah janji-janji..sama seperti menjual kecap....pasti tidak ada yang menjual kecap nomor 2....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar